Banyak banget pengusaha laundry yang mengeluh sama karyawanya yang gen Z karena banyak maunya, susah diatur, tidak bisa mengikuti ritme, baperan, dan susah mengikuti ritme kerja di laundry. Apakah benar demikian? yuk kita bahas bareng supaya kita tidak salah dalam menangani pegawai laundry gen Z dan tetep bisa bertumbuh bareng bisnis laundrymu.

Gen Z mulai berbondong-bondong memasuki dunia kerja termasuk di bidang laundry. Generasi ini memiliki tipikal tentang ekspektasi yang mereka miliki pada perusahaan tempat mereka bekerja. Hal ini disebabkan karena generasi ini mengetahui bagaimana nilai yang mereka miliki.

Maka dari itu, generasi ini tidak akan ragu untuk melakukan negosiasi dan lebih bersedia dalam mempelajari hal-hal baru dibandingkan dengan generasi yang terdahulu. Jika dikalkulasikan, pada tahun 2030 kedepan, satu dari tiga pekerja di perusahaan akan mendapati karyawan mereka yang berasal dari gen Z. Apakah pemilik usaha laundry siap untuk menerima, melibatkan, dan mengelola karyawan dari generasi ini? Simak ulasannya di bawah ini.

  1. Faktor yang mempengaruhi sudut pandang gen Z terkait pekerjaan di laundry

 

  1. Keadaan di rumah dan orang tua

Banyak pegawai laundry gen Z yang menjadi sandwich generation Dimana dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhanya sendiri dan harus memenuhi kebutuhan orang tuanya. Selain itu banyak orang tu dari pegawai laundry gen Z yang memberikan harapan untuk anaknya mendapat pekerjaan yang diinginkan orang tuanya sehingga banyak pegawai laundry gen Z yang masih menganggap bekerja di laundry Cuma sebagai batu loncatan dalam karirnya. Inilah yang membuat banyak gen Z yang masih setengah hati bekerja sebagai karyawan laundry.

 

  1. Penyebaran informasi melalui media social

Influencer, dan tayangan media sosial sangat mempengaruhi cara pandang pegawai laundry gen Z tentang pekerjaanya, pengasilanya dan apa yang akan dibelanjakan dari hasil kerjanya.

 

  1. Harapan pegawai laundry gen Z terhadap pekerjaanya

 

  1. Gaji

Pegawai laundry gen Z sangat mudah mengakses informasi, mereka sangat mengetahui nilai pasaran pekerjaan mereka. Mereka tidak segan untuk menegosiasikan gaji yang lebih tinggi untuk mendapatkan pendapatan ideal menurut mereka.

 

  1. Keseimbangan kerja

Banyak pegawai laundry yang menolak lembur dan sangat menjunjung tinggi work life balance karena mereka sangat melindungi kehidupan pribadinya.

 

  1. Jobdesk yang jelas

Sering sekali pengusaha laundry yang karyawan gen z nya tidak awet dalam bekerja karena antrian pekerjaan & jobdesk yang dikerjakan sering berubah rubah. Karena pegawai laundry gen Z sangat menjunjung tinggi pekerjaan dengan jobdesk & SOP yang jelas.

 

  1. Cara mengelola karyawan laundry gen Z

 

  1. Ciptakan lingkungan kerja yang supportif

Salah satu hal yang paling dikeluhkan generasi ini adalah lingkungan kerja yang toxic. Padahal makna toxic ini sebenarnya sangat subjektif. Sangat sulit membedakan apa itu benar-benar “toxic” atau kempuan beradaptasi pada lingkungan kerja pegawai laundry gen Z yang minim?

Terlepas dari itu, sebagai pemilik usaha laundry sekaligus pemimpin adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang suportif bagi siapapun. Entah itu boomers yang sebentar lagi pensiun, millennials yang lagi panas-panasnya semangat kerja, maupun gen z yang masih newbie dan baru memulai perjalanannya.

Sangat penting jika setiap generasi bisa saling bantu, saling dukung, dan saling menghargai sehingga semuanya tetap produktif dan tidak punya waktu untuk menggunjing satu sama lain. Inilah PR terbesar manajer zaman sekarang.

Jangan ciptakan system senioritas di lingkungan bisnis laundry. Buat semua pegawai bekerjasama dalam team dan bangun komunikasi antar pegawai laundry yang baik.

 

  1. Berikan penawaran menarik

Untuk menagani pegawai laundry gen z yang sering meminta kenaikan gaji coba buat sistem gaji pokok & insentif.

Jadi misalkan gaji pokok pegawai laundry 1.900.000,- kita buat sistem target harian misalkan untuk bagian pencucian & pengeringan harus menyelesaikan minimal 100kg cucian sehari (tergantung jumlah & kapasitas mesin), lebih dari 100kg maka pegawai mendapatkan bonus 500 rupiah per kg (hitungan bonus disesuaikan dengan hpp jasa laundry).

Selain itu pemilik laundry juga bisa membuat sistem bonus berupa jika pegawai masuk di tanggal merah akan mendapat insentif lembur sebesar 100.000 per hari. Atau bisa juga Ketika orderan laundry ada tambahan waktu lembur per jam.

Jadi sistem bonus & insentif ini akan memacu semangat peagawai untuk menyelesaikan order tepat waktu & meningkatan produktifitas pegawai terutama gen Z. karena dimanapun tempat bekerjanya, orientasi prtamanya adalah uang & kesejahteraan

 

  1. Pengembangan kemampuan

Buat semacam training kecil secara berkelanjutan untuk pegawaimu mempertajam skillnya dalam melayani pelanggan dan membuat cara kerjanya lebih efektif & efisien. Atau par pemilik usaha laundry bisa mengikutkan pegawainya di training2 skill laundry yang diadakan laundry edu academy seperti pelatihan cuci Sepatu, pelatihan cuci satuan & training manajemen pelayanan bisnis laundry. Sehingga para pegawai gen z memiliki perasaan diperhatikan & punya motivasi untuk terus meningkatkan skill demi pelayanan lebih baik di laundry.

 

  1. Buat SOP dan jobdesk yang jelas

Buatlah SOP di outlet, sistem shift dan pembagian jobdesk yang jelas. Jadi pegawai mengetahui tugas utamanya dan tugas sampinganya. Contoh penerapanya :

Sistem shift :

Laundry buka pukul 07.00 – 20.00

Shift 1 :

pukul 07.00 – 15.00

jobdesk : buka outlet, hitung modal awal, membersihkan area penerimaan, mengisi & memanaskan setrika uap boiler, penerimaan & pengambilan cucian, sortir cucian, pencucian & pengeringan

shift 2 :

pukul 08.00-16.00

jobdesk : setrika, lipat, packing

shift 3 :

pukul 13.00-20.00

jobdesk : back up setrika & packing, penerimaan & pengambilan cucian, sortir cucian, pencucian & pengeringan, hitung modal akhir, setoran, tutup outlet.

 

Selain itu SOP operasional laundry juga sangat penting. Seperti sop penerimaan pelanggan, sop pencucian, sop setrika, hingga sop pengembalian & penanganan complain. Karena dengan adanya sop di laundry, pengusaha akan tetap bisa menjaga standar & mutu pelayanan yang sangat penting di bisnis jasa.

 

  1. Berikan perhatian & feedback

Meski pegawai gen z terkenal bebal, tapi mereka sangat senang jika mendapatkan feedback atas pekerjaanya. Berikan masukan ke pegawai laundry gen Z dengan cara yang lebih elegan dan membuat mereka merasa diperhatikan. Misalkan : lakukan evaluasi bulanan terkait pelayanan laundry & kinerja bisnis Bersama pegawai di restoran sambil makan Bersama.

Atau lakukan evaluasi Bersama pegawai kemudian berikan bingkisan kecil sbagai penyemangat.

 

Jadi itulah Sebagian Teknik menangani pegawai laundry gen Z yang sudah kami terapkan di bisnis laundry yang kami jalankan. Tidak ada salahnya untuk menunjukkan empati dan kepedulian alih-alih terus melabeli mereka sebagai generasi strawberry. Sebenarnya ini tidak hanya berlaku untuk Gen Z saja tapi juga untuk seluruh karyawan di semua usia.

Memiliki nilai-nilai baik seperti ini akan menanamkan benih positif bagi Gen Z. Sedikitnya, mereka akan memiliki persepsi yang baik terhadap laundry tempatnya bekerja. Harapannya sih semoga hal-hal semacam ini bisa bikin mereka loyal dan bertahan di usaha laundrymu agar semakin berkembang.

Itu tadi adalah beberapa tips menghadapi Gen Z dari admin peralatanlaundry.com yang udah kita twrapkan di usaha laundry yang kami kelola. Pada dasarnya, memahami karakter mereka adalah kunci yang perlu dipegang setiap pemilik bisnis laundry dan pemimpin. Namun, tetap lakukan check and balance. Jangan sampai perusahaan membuat kebijakan atau toleransi yang kebablasan sehingga pada akhirnya merugikan perusahaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *